It's love when someone can touch 
you without using their hands.
- Faraaz Kazi -

Pandangan pertama tak membahas dusta
Ia bekerja spontan
Merefleksikan penglihatan dengan apa yang dirasakan
Hinggap pada siapa pun tanpa perlu persyaratan 
Hanya saja 
Tak semua pasang mata itu mau mengiakan

Ada yang berkata 
Pandangan pertama bukanlah segalanya
Sedangkan bagi saya
Itu awal dari sebuah petualangan

Pandangan pertama tak semata menyoal paras
Sebab mata tak hanya melihat
Ia sanggup pula menilai 
Bagaimana kharisma yang menawan
Bukan hanya sekedar rupawan

Pandangan pertama laksana jatuh cinta
Datang tiba-tiba
Tanpa rencana
Menyeruak kapan saja
Melalui medium yang tak terduga. 

anka. 

Rare Moment.


Berlatar belakang sebuah gerai aksesoris yang cukup fenomenal di kalangan anak SMP semasanya. Iseng-iseng sedang mencoba hiasan kepala yang kini sedang nge-trend. Kemudian secara tidak sengaja tapi agaknya cenderung pada tindakan sengaja diabadikan dengan klasik oleh fotografer kawakan saya, yaa  Ine Pramudita. Seorang perempuan yang tak pernah absen membawa sebuah kamera pocket Canon G16 pada selipan tas bawaannya itu. Dan seperti biasa, hasil jepretannya pun tak pernah mengecewakan. Meski sang objek tampaknya kurang begitu memuaskan untuk dilihat. Akan tetapi, cukuplah untuk bahan posting-an di akun instagram hehe...

fyi. Di stroberi padahal nggak boleh mengambil gambar apalagi cuma buat gaya-gayaan di foto tanpa membeli. Tapi dengan piawai kami berhasil mengabadikannya. 

Pupus.

lama rasanya tak mengingatmu
entahlah, 
apa mungkin aku mulai bosan ?
bahkan sajak rindu yang selalu ku buat untukmu pun
kini hambar rasanya

sesekali ku coba tengok kembali
untuk mengingat dirimu yang pernah singgah dalam hati
tapi sayangnya,
aku tak menemukan perasaan yang sama
ketika awal ku mulai jatuh hati

aku jenuh
karena hanya menunggu
tapi tak pernah mau mengadu

aku lelah
lantaran hanya diam
dan tak pernah mau berjuang

barangkali memang sudah saatnya
mengakhiri semua angan
yang tak akan pernah mampu 
untuk diperjuangkan.

anka.

NG-ARTSY


Melakukan aktivitas menyenangkan di akhir pekan bersama orang-orang yang menggemaskan. Mencoba bereksperimen dengan menggunakan media kain yang dicelap-celup dengan pewarna atau dinamakan dengan teknik shibori. Cukup nge-trend beberapa tahun belakangan ini, kain shibori yang begitu fantastis harganya untuk kalangan pangsa pasar mahasiswa kelas menengah biasa aja yang cenderung lebih suka nyiyirin harganya karena iri nggak bisa beli.

Shibori adalah salah satu teknik pewarnaan celup ikat asli Jepang dengan menggunakan bahan alami daun indigo. Dan uniknya, kain shibori ini tidak dilukis ataupun digambar, melainkan dengan pembuatan pola yang menurut saya sangat ngide sekali dan unpredictable. Gimana nggak, sang creator bebas mengeksplorasi pola dengan cara melipat kain, kemudian mengikatnya dengan tali atau karet, atau bisa juga dengan digulung memakai bambu kemudian diikat menjadi beberapa ruas guna mendapatkan pattern yang sesuai dengan keinginannya. Banyak sekali cara yang bisa dilakukan, semakin kreatif atau out of the box polanya, maka akan semakin mengejutkan pula hasilnya. Itu yang bikin menarik dan memuaskan. Jadi nggak heran kalo kain shibori itu sedikit agak bunyi harganya. Apalagi kalo udah jadi baju. Aduh...belum kuat deh belinya.

Nah, sabtu kemarin saya dan dua teman saya, Ine dan Diah mencoba melakukan workshop kecil-kecilan untuk membuat kain shibori ini. Workshop kali ini disponsori oleh Ine yang dengan sukarela mempersilahkan kami berdua untuk sedikit mengacak-acak kamar dan loteng rumahnya.

Ternyata cukup gampang-gampang susah pengaplikasiannya. Sebelumnya kita juga berbelanja bahan-bahan apa saja yang akan dibutuhkan, seperti pewarna, larutan Hcl, Nitrit (yang digunakan untuk proses pencelupan kain), dan beragam jenis kain mulai dari kanvas, blaco, hingga katun saten. Tak lupa juga browsing di Pinterest untuk mencari beberapa pola kain shibori supaya memudahkan kita dalam proses pengerjaannya. Dalam pengerjaannya memang dibutuhkan 'sok ide' yang sangat tinggi supaya mendapatkan hasil yang yaa bisa dibilang agak lumayanlah untuk kelas pemula seperti kami bertiga. Haha...
Dan karena namanya manusia yang sarat akan kepuasan, maka kami bertiga memutuskan untuk mengadakan kembali workshop shibori jilid kedua yang bakal dilaksanain minggu depan. Jadi mari kita tunggu hasilnya ;))

Terimakasih juga Ine yang telah mendokumentasikan kegiatan celap-celup ini dengan ciamik. Jadi makin kece dan keliatan lebih ARTSY lagi deh kita!


rindu itu berjarak
tak kenal jauh ataupun dekat
namun begitu lekat
bahkan mampu buatku penat

rindu itu bagai ruang hampa
kosong tak bernyawa
kuasa menguap kapan saja
tapi sanggup buatku bergelora

nyatanya,
aku tak pandai mengucap rindu
tak satupun berhasil memintasnya 
dari indra pengucapku

bukan lantaran tak mahir mengejanya
tetapi lebih pada mawas diri
untuk sekedar memupuknya dalam hati

sebab rindu ini mengerti
bahwa ia takkan pernah sampai
pada tujuan akhirnya. 

anka. 

fantasi.

imajinasiku masih tentang kamu
berhenti sejenak pun sulit rasanya 

memeliharanya dalam pejaman mata
hingga kuterlelap 
terbius bersama bayangan dekapannya

biarlah anganku berkreasi dalam mimpi
memupuknya sampai matahari nampak bersinar di pagi hari

agar biasnya mampu mengobati relung hati
yang seringnya rindu pada sebuah fantasi. 

anka. 

Sedang mengerjakan beberapa revisian tadi siang, kemudian tiba-tiba menemukan kembali hasrat untuk menuangkan sedikit kata-kata berbuah sajak yang banyak absurd-nya ini. Agaknya sangat melenceng dari fokus kegiatan yang saya lakukan malam ini. Dari berusaha mendapatkan pemahaman tentang teori skripsi saya yang menyangkut analisis wacana kritis atau dibahasakan Critical Discourse Analysis (CDA) supaya terbaca lebih keren dan ilmiah banget anaknya. 
Masih sama dengan sebelumnya, ungkapan kegelisahan saya tentang sebuah rindu yang seringnya terbatasi oleh khayalan - fantasi dan amat jauh dari realitasnya. POW!
Jadi kira-kira begitulah ya.

Selamat menikmati fantasi dan tetap mawas diri. 

Belakangan ini tanah kelahiranku selalu diguyur hujan
Entah pagi, siang, ataupun malam
Bukan mau sok berpuitis
Atau menyamakan rasa ini dengan alam

Tapi rasanya begitu nyaman
Seperti saat Jogja basah akan air hujan

Sama halnya denganmu
Nyaman bagai membayangkan dirimu tersenyum
Dan tertawa dengan apapun yang kuperbuat

Sayangnya,
Aku hanya terbayang pada suatu hal mustahil
Yang berulang fasih kulakukan

Dan kala ku berhasil melakukannya
Pipi serta simpul senyum inipun mengurai
Laksana air hujan yang selalu ikhlas turun dari atas sana.

anka.
Aku selalu bersyukur
memiliki jemari yang terlahir dengan angka sempurna
memiliki sepasang mata yang mampu menatap megahnya cakrawala

memiliki dua kaki yang tak hanya dapat berdiri menopang beban tubuh 
melainkan juga berjalan dan berlari pun sanggup pula kulakukan

memiliki mulut yang tak hanya cakap mengucap rindu 
tapi ia juga bekerja dengan ikhlas
melafalkan namamu di setiap doa dan malamku

dan memiliki hati yang selalu sadar menyakinkan
bahwa tak hanya aku yang memiliki hak untuk menaruh hati
pada seseorang seperti dirimu

serta ingatan yang tak akan pernah lepas 
hingga pemiliknya menyatakan untuk menyerah
bukan lantaran bosan
tapi karena diri ini paham 
bahwa hati tak akan pernah bisa dipaksakan. 

anka. 
Tak semudah menyatakan aku cinta kamu
Tak seringan pula mengatakan aku sayang padamu

Tapi rasanya,
Ruangan ini masih terlalu sesak bahkan sibuk
Menata diri untuk kembali memulai 

Bukan maksudku tak ingin merajut asa denganmu
Namun ijinkan aku sejenak
Mengistirahatkan apa yang baru saja kuseleseikan

Aku pun tak mau banyak berjanji
Dan tak pandai berkelit soal hati
Tapi setidaknya
Kita tau arti perasaan ini

Jika tiba saatnya nanti 
Selama dirimu masih di sisi
Kupastikan hati ini telah siap
untuk memulainya kembali. 

anka. 

Semacam Patembayan Bernama GRUPIES 21+



Terhitung sudah sekitar 3 sampai 4 tahun kurang lebih memiliki sebuah patembayan yang terdiri dari empat sosok mahluk Tuhan yang cenderung memiliki kepribadian menyimpang beragam. Cukup dekat jika dikatakan sebagai seorang kawan ataupun ikhwan. Beranjak dari masa pubertas setelah lulus dari sebuah lembaga pendidikan bernama SMA. Lalu demi mencapai gelar prestisius terpaksa melabuhkan pilihan untuk bercengkrama dengan dunia perkuliahan. Dan sampailah di mana, saya sebagai subyek pelaku utama bertemu dengan mereka. Ine, Cindy, dan Nonik. Kemudian memutuskan untuk membuat sebuah grup patembayan yang isinya hanya banyolan hingga bacotan dan tak luput dari rasanan. Ya, Grupies 21+ namanya. 





Ine, sebelumnya saya sudah jauh mengenalnya lebih dulu sejak menduduki bangku SMA dibanding dua orang teman saya lainnya, Tapi baru mulai bercengkrama dan mengenal sosoknya lebih dekat, yaa di masa perkuliahan perdana hingga sekarang dan selamanya. Ine bukan sosok yang mudah didekati. Karena kalo orang belum kenal pasti mengira kalo anaknya pendiem dan jutek. Padahal yassalam. Ine, passionate di segala bidang yang berhubungan dengan visual,mulai dari menggambar sampe fotografi. Dia juga salah satu fotografer perempuan favorit saya. Alasannya karena kalo saya dipotret dia pasti hasilnya akan jauh lebih baik ketimbang saya memotret diri saya sendiri alias selfie. Cukup intens bertemu dan ngobrol banyak hal dengan perempuan berhijab ini. Mulai dari hal rumit sampe hal yang nggak rumit dibikin menjadi rumit. Mungkin karena kami memiliki pandangan dan topik kesukaan yang hampir sama.


Nonik. Sama-sama dari Jogja. Cuma beda SMA. Dan Nonik adalah manusia terkecil di antara tiga beruang lainnya. Nonik jugalah yang menurut saya intelektualitasnya cukup mentereng dibanding Saya dan dua teman lainnya. Nonik berhasil membuktikan dirinya bahwa bergabung dengan sebuah patembayan yang berisikan kami berempat bisa lulus duluan meraih gelar sarjana tanpa terkontaminasi partikel-partikel menyesatkan yang berkedok dalam setiap topik bahasan di dalam grup whatssapp. Sekali lagi, nonik memang jawara di antara kami bertiga. Meski begitu, Nonik jugalah pribadi yang tak pernah luput dari bahan ecenan. Tapi nggak papa ya Non. Kadang juga mikir, kira-kira Nonik sakit hati apa nggak ya. Karena kalo soal ngejekin orang, kami bertiga bisalah dijadikan panutan. Dan Nonik jugalah yang saat ini tidak berstatus jomblo di antara kami bertiga. Terimakasih Non sudah menjadi pribadi yang selalu ikhlas dan sabar. 


Cindy. Semacam panda berjenis kelamin perempuan yang tak luput dari kebodohan dan didatangkan secara cuma-cuma langsung dari Balikpapan, Kalimantan Timur. Cindy satu-satunya mahluk di antara kami bertiga yang hidupnya jauh dari sanak sodara dan bermukim di kos-sosan depan kampus yang sering kami jadikan tempat persinggahan untuk sekedar beristirahat, makan, tidur, masak, hingga buang air besar. Selain itu kos Cindy pulalah yang menjadi saksi bisu pebuatan tidak terpuji yang dilakukan oleh kami berempat. Bahkan ibu kos yang menjadi dedengkot di tempat kos Cindy pun kerap kami jadikan bahan olokan. Cindy itu sangat berbakat dalam bidang masak-memasak. Apapun bisa jadi masakan asal ada bahannya. Cindy pulalah yang memiliki teknologi kompor mutakhir yang menurut kami adalah produk mengecewakan. Tapi meski begitu, kami juga sering memakainya untuk mengolah bahan makanan hingga menjadi kudapan. Mau bagaimana lagi, kalo adanya cuma kompor itu. Cindy memiliki gaya humor yang sama dengan Saya dan Ine. Cukup bisa dibanggakan untuk soal adu lucu-lucuan sama grup tetangga sebelah. Kalo Nonik, cukup sebagai wasit. Maksimal pengamatlah, karena kalo Nonik tipikal yang nggak tegaan sama orang dan pemaaf yang maha pemurah ditambah diskon dan banting harga. Begitulah Nonik saking punya pribadi yang baik terhadap semua umat di dunia. 

Dan kemarin sore kami menyempatkan untuk berkumpul merayakan hari kedatangan Cindy dari pulang kampungnya. Meski sudah semingguan yang lalu, tapi tetap kerasa euforia-nya karena kudapan yang kami makan disponsori olehnya. 




Berjalan di tahun-tahun terakhir masa kuliah, Saya, Ine, dan Cindy masih juga belum menyempurnakan kewajiban kepada orangtua dan keinginan untuk lekas menyusul Nonik mendapat gelar sarjana. Cita-cita dan target pasti ada karena sudah sewajarnya manusia memiliki tujuan dan jalan hidupnya masing-masing. Dan kami bertiga memilih untuk berusaha bersama untuk melawan rasa bingung dan malas yang tak kunjung menemui titik jenuhnya. 

Benar atau salah 
Bukan itu yang ku maksud
Bermula bukan pada kesalahan
Melainkan pilihan

Tak semua yang kau yakini benar
Tak semua yang kuyakini pun salah

Kenyamanan dan perubahan adalah hal wajar
Dan patut kembali dipertanyakan

Apakah masih layak untuk dipertahankan ?
Jika egomu saja lebih dominan

Andai aku bisa memilih
Lebih baik berada dalam keadaan statis
Meski bosan tapi tetap romantis
Ketimbang harus berhadapan dengan hal yang paling menakutkan
Yaitu kehilangan. 

anka. 
Geliatmu sungguh luar biasa
Buatku tak berdaya memalingkan pandangan mata

Namun tiba-tiba..
Fokus ini perlahan lucut dari indera
Menemukanmu bersama dengan rupa lainnya

Nampaknya kau terlihat bahagia dengannya
Hingga ku segan untuk sekedar kembali mengulang arah pandangan mata
Lalu membalikkan tubuh berlawanan dengan realita

Di depan mata, parasmu memang tiada duanya
Tapi apa daya jika bagiku kau hanya fatamorgana
Dan bak pelita bagi dirinya. 

anka. 

Inspiring by..

Cinta dan Rangga,
Berjibaku dengan ketidakpastian dan peliknya kerinduan
Namun kembali dipersatukan oleh hangatnya kasih asmara
Jarak dan ruang tiba-tiba bungkam melihat dua sejoli ini kembali bernostalgia
Merenungi kesalahan dan ketidakpahaman yang seakan sirna begitu saja
melewati tiap sudut Kota Jogja
Ya. Seperti itulah Cinta dan Rangga.
Tetapi tidak dengan dirimu,
Memendam ketidakpastiaan dan kemalangan akan dirinya
Entah sampai kapan dan di mana semuanya akan bermuara
Kini hanya satu hal yang tersisa darimu
Diam merenungi nasib bersama asa 
yang tidak akan pernah jadi nyata. 

anka. 

Pukul 01:15

Kali ini merenung bukan untuk mengekspresikan suasana ataupun perasaan hati. Namun, lebih tepatnya sedang senang memilih kata untuk dijadikan kalimat yang lumayan menggores hati. Untuk itu, silahkan menikmati :)


Meringkuk pada malam hari
Sembari lantang menyatakan, 
Ya aku rindu sekali. 
Rindu pada ketidakmungkinan ini 
Dan pada imajinasiku yang rasanya seperti tak tau diri

Untukmu yang tak akan pernah tau rasanya
Jantung bersorak-sorai kencang 
Padahal hanya visual yang kupandang
Bukanlah fisikmu yang nyata nan mempesona

Tapi tak apalah
Berkatmu, setidaknya aku tau
Bagaimana rasanya jatuh cinta
Meski jatuh sendiri 
Dan tak berdaya. 

anka.

Bila Saja(Ku) Ini Rasamu



Sebenarnya sudah ingin menuliskannya sejak kemarin. Tapi baru kesampaiannya sekarang. Apa boleh buat karena keterbatasan saya dalam hal kuota dan tenaga. Meski begitu, posting-an saya ini juga nggak ada pengaruhnya mau ditulis kemarin, sekarang, ataupun kapan-kapan. Ini cuma hasil kecil yang didapat dari renungan iseng-iseng di tengah malam. Maklumlah, saya tipikal orang yang belum pandai mengatur jam tidur. Dan mungkin juga karena terlampau males mengerjakan sesuatu yang terlalu serius di tengah malam jadinya saya selo banget anaknya. 

Sempat heran dan bingung dengan diri saya sendiri. Seperti bukan saya banget pada saat itu. Tepatnya sekitar pukul 03.56 waktu menjelang subuh. Entah ada angin apa, tiba-tiba saya membuka aplikasi note di smartphone saya dan menuliskan rentetan kata yang tersusun dalam barisan kalimat. Tidak terlalu panjang. Namun setelah selesai menuliskannya, lantas saya membacanya. Cukup dalam ternyata sajak yang saya buat secara spontan ini.

Ajaib memang. Dalam benak saya ketika menuliskannya hanya terlintas satu nama yang masih sama dengan sambatan-sambatan lucu dan menarik di beberapa media sosial yang saya punya. Rasanya ingin tertawa. Setelah selesai menuliskannya, saya merasa sedikit lega dengan perasaan saya. Meski hal itu tak cukup membantu kegundahan hati saya. Cie. Bukannya mau sok puitis atau macak pujangga versi perempuan. Mungkin hanya itu yang saat ini bisa dilakukan untuk mengekspresikan tiap kerinduan saya kepada seseorang yang sangat jauh. Jauh tak hanya berarti jarak. Jauh biasa diartikan dengan banyak makna. Jauh yang masih belum memiliki kekuatan. Jauh yang masih mempercayai ketidakmungkinan. Dan jauh yang belum mampu terselesaikan. 

Mendadak Membaca



Lagi suka baca aja ceritanya. Nggak tau deh tetiba ada angin apa. Dan kebetulan punya temen yang suka baca sekaligus kolektor buku-buku yang ciamik. Jadi deh, mendadak kegirangan membaca. Mungkin awalnya terdengar cuma prestis dan terkesan ikut-ikutan saja kenapa kok tiba-tiba saya jadi suka baca. Suka baca sih, tapi kalo buku, jarang. Paling-paling baca koran, majalah, dan  terutama lini masa media sosial  yang nampaknya cukup konsisten dalam prakteknya. Ya, kenapa saya bilang prestis. Karena saya tipikal orang yang kepo akan banyak hal yang nggak penting dan sangat enggan jika tertinggal isu apapun. Dan yang paling penting, yaa minimal kalo saya diajak ngobrol sama orang, khususnya buku, saya nggak malu-maluinlah. Hehe. 

Mendadak saya mendapatkan beberapa referensi buku yang cukup menarik untuk dinikmati, baik nanya sama temen atau cari tau sendiri soal buku-buku via internet. Sebagian besar dari list bacaan sudah tuntas saya baca. Tetapi saya masih menyimpan beberapa bacaan favorit saya untuk menunggu giliran. Di akhir nanti, setelah semua bacaan sudah dituntaskan, mungkin saya akan memberikan sedikit cerita untuk satu buku favorit dari beberapa list bacaan saya dan menuliskannya di sini sekaligus melatih kegemaran saya untuk kembali menulis. 

Ternyata membaca itu asik. Apalagi jika ditemani dengan segelas es teh dan beberapa snack angin semacam chiki. Sounds good! Tak berhenti di situ saja, merasa asik ketika lembaran-lembaran buku yang saya punya atau bekal pinjam dari teman hanya tinggal menyisakan lembar terakhir yaitu cover halaman belakangnya saja. Mungkin sedikit berlebihan, tapi memang benar adanya dan itu yang saat ini sedang saya rasakan.

Menemukan bacaan yang sesuai dengan apa yang kita sukai seperti halnya seorang anak kecil yang tiba-tiba menemukan sebuah permen coklat di dalam saku celananya. Upredictable!
Selamat membaca!

Oh, Begini Rasanya..

Sedang asik melihat lini masa aplikasi olah pesan di tengah malam. Biasalah, kegiatan anak muda yang lebih gencar mengelus layar gawainya dibandingkan koleksi buku pinjaman hanya untuk kepo atau mencari bahan supaya bisa diperbincangkan di grup rasanan. Tiba-tiba layar yang sedang saya genggam berhenti pada postingan sebuah akun puisi yang belum lama ini saya ikuti. Malam itu berbunyi :

Menjadi Matamu 

Aku sangat suka membayangkan menjadi matamu.
Mengetahui apa saja yang ingin dan tak ingin kau lihat.
Belajar bagaimana caramu memandang sesuatu.
Mengetahui apa saja warna yang kau suka.

Sesekali merasakan bagaimana caramu bersedih.
Bagaimana caramu agar tetap terlihat kuat.
Aku ingin memahami bagaimana rasanya menjadi matamu.
Lalu mengerti apa yang kau rasakan saat menatapku. 



Seketika langsung memahami betul setiap kata dan kalimat di tiap baitnya. Kemudian tersenyum. Belum pernah semelankolis ini membaca sebuah postingan kalimat yang benar-benar syahdu dan merasuk ke dalam sukma. Memang betul, saya ini bukan tipikal 'cah cinta'. Tapi puisi tersebut serasa mewakili perasaan hati saya kepada seseorang yang memang sudah saya kagumi sejak lama. Bukan kagum sebenarnya, lebih mirip pada perasaan jatuh cinta. Namun lagi-lagi belum mampu terucap. Meski begitu, biarlah itu menjadi urusan saya dengan Tuhan. 

Dan benar kata orang, jatuh cinta, sejuta rasanya. Ya, memang benar. Dan hingga kini dan nanti, saya masih sangat nyaman dengan ketidakberanian saya. 
Berada jauh di belakang pundak Anda, melihat dan mengamati apa yang Anda lakukan hingga sedikit berharap Anda dapat melemparkan simpulan senyum kepada saya.
Mr.R!


Semacam Kelompok Belajar


Dipertemukan sejak awal semester satu pada saat perkuliahan dan bertahan hingga sekarang. Hampir setiap semester kami selalu berada di kelas yang sama. Ya, Saya, Beny, dan Mas Piul. Setelah memutuskan untuk mengambil konsentrasi yang sama di semester 4, kami semakin sering bertemu dan ngobrol banyak hal. Mulai dari yang penting sampai nggak penting, tapi saya sangat suka. Kami bertiga cukup dekat dalam hal tugas perkuliahan karena setiap ada tugas kelompok pasti kami selalu menjadi tim pertama yang terbentuk dengan sendirinya. Mungkin kedengarannya sepele, tapi itu sangat berpengaruh bagi proses kuliah saya hingga lulus di mata kuliah jurnalistik terakhir, yakni produksi media cetak di semester 7 lalu. Menyenangkan sekali berproses bersama mereka hingga kami mampu menghasilkan hal yang patut dibanggakan kelak ketika kami telah memiliki kesibukan masing-masing di luar sana. Dengan predikat yang bukan mahasiswa lagi tentunya. Beruntung sekali bisa mengenal mereka, meski kami tak begitu dekat jika dibilang sebagai sahabat. Tapi apapun itu, dua orang ini tetap berkesan di hati saya :)