Setengah Tahun Ini

Cek cek 1 2 3 cek cek....

Terakhir corat-coret di sini itu persis sebelum ada postingan tulisan ini. Wah pribadi yang males juga ya ternyata kembali nulis dan cerita ngalor ngidul. Ini juga kalo iya jadi di-publish, kalo tidak pun yaa ngga papa juga.

Entah kenapa beberapa cerita bahkan sambatan banyak dihabiskan di Twitter dan Medium. Mungkin karena dua platform itu lebih bisa sekaligus digunakan sambil melakukan kegiatan lain dalam satu kali genggaman gawai. 

Singkat cerita tahun 2019 berjalan dengan sangat baik, meski tetap saja masih kelimpungan dari segi finansial diri. Tapi bersyukur punya rutinitas yang hasilnya selalu bisa diandalkan setiap tanggal 25. Lalu di tanggal selanjutnya entah memuai ke mana seperti kentut. 

Dua ribu sembilan belas. Berutinitas sebagai seorang pegawai outsource yang berperan membantu menyelesaikan kendala konsumen melalui Email tapi tak jarang juga by call. Ngadepin dan nanganin konsumen mulai dari yang ramah hingga mengundang amarah. Semua dikerjain sampai penghujung tahun karena awal tahun 2020 sudah berganti project.

Singkat cerita, 2020. Di permulaan tahun sudah dipaksa meng-handle beberapa situasi yang rumit. Rasanya otak dan jantung sering tidak sinkron. Berasa bukan berdetak dengan ritme jeda yang teratur melainkan seperti dikokang seperti senjata agar otomatis siap dan tetap hidup. Kewajiban mendampingi Mama demi kepulihan Bapak selama 54 hari di rumah sakit. Ditambah sikon Indonesia dari Maret hingga sekarang dilanda pandemi yang tidak tau sampai kapan bakalan udahannya. Belum lagi, suasana Lebaran tahun ini yang sangat jauh dari romantis dibanding hari-hari tanpa perayaan. Kecemasan dan kesedihan tumplek jadi satu dalam setengah tahun ini. 

Kalo mau diruntut dan dipikir, semuanya berjalan di luar logika dan nalar. Banyak yang dikorbankan tapi tidak jarang juga rangkaian hal baik yang kami rasakan. Suka ngerasa takjub sama diri sendiri di mana masih bisa berdiri ngejalanin dan berusaha untuk tidak ngerugiin orang lain di situasi yang rumit sekalipun. Tapi sebangga apapun sama diri sendiri, tidak ada yang lebih berlipat hebat dan kuatnya menjadi seorang Mamaku sendiri.

Di samping itu, keinginan Bapak yang kuat, akhirnya bisa ngebawa semangatnya untuk pulih dan sehat kembali. Meski pada prosesnya masih ada aja kekurangannya dan hingga kini kami pun masih selalu belajar untuk beradaptasi. Tapi aku jadi ngerti kalo kekurangan yang saat ini dialami Bapak, jadi kewajiban aku dan kakakku buat ngisi supaya kebutuhan Bapak terpenuhi.




Apapun itu, demi kesembuhan Bapak dan kebahagiaan Mama, akan kami usahakan sepenuhnya. Mungkin akan sangat aneh tetiba mengungkapkan ini tanpa ada bridging yang tepat. Untuk Bapak dan Mama, aku memang sangat sulit dan gengsi mengungkapkan secara langsung rasa sayangku ke kalian tapi bagaimanapun cara dan situasinya nanti, aku selalu sayang kalian. Semoga kalian sehat selalu dan berumur panjang. Semoga tidak pernah lelah mendampingi kami menjadi seseorang yang kelak bisa membawa manfaat baik dan berbakti kepada orang tua. Doakan anakmu yang keset ini agar selalu bisa diandalkan. Akupun berharap agar setengah tahun dan tahun-tahun ke depan banyak rentetan hal baik terjadi dan semoga semuanya lekas membaik. 

Amin.


*2019'S ALERT* Sebuah Resolusi (yang masih) Blawur

Dikonsep dan dipotret dengan cukup nyeni oleh Ine Pramudita karena lagi-lagi demi perkara konten.
Kemudian dipulas sedikit supaya terlihat lebih estetik oleh saya.

*buka twitter* scroll timeline sampe pagi
*buka instagram* scroll timeline, ngetapin snapgram, liat-liat explore banjir pada bahas resolusi apa yang cocok diekspektasikan taun depan, tepatnya tinggal beberapa hari lagi menginjak taun baru dengan segala aspek kehidupan yang dicitakan lebih baik dibanding sebelumnya. Kebanyakan orang memang seperti itu. Wajar aja kok, menyambut pergantian taun dengan suka cita, memanjatkan harapan yang terkadang tidak terlalu konsisten dijalani dan terbengkalai di pertengahan tahun atau bahkan hanya hitungan bulan saja. Haha memang ada-ada saja kadang kita ini. Tapi ngga sedikit juga yang dengan tekun melalui berbagai proses untuk sampe di titik capaian yang mereka inginkan. Mission complete-lah ibaratnya. Hormat buat mereka yang bisa konsisten dalam menikmati proses hingga membuahkan hasil. 

Bicara resolusi, makin tahun makin tidak ada gegayuhan yang berlebih. Bukan karena takut tidak terealisasi atau kepalang cuma isapan jempol aja. Salah satu alesannya karena aku adalah pribadi yang kurang cakap membuat perencanaan atau to do something untuk jangka waktu yang panjang. *sebuah mistake*

Lha sedih banget dong, ngga punya mimpi atau motivasi ke depannya ? Hahaha. Bukan ngga punya, selama manusia dikasih nyawa, pasti dia punya harapan dan tujuan yang pengen diraihlah pastinya. Cuma bedanya, kebetulan aku belum termasuk orang yang percaya diri untuk nge-list segala keinginanku. Padahal banyak orang bilang, lebih baik dirinci satu persatu supaya kita tau 'sedang di mana' dan 'apa yang harus dilakuin' untuk memperjuangkan list tersebut supaya terlaksana satu-satu. Terus kalo gitu, apa dong wacana 2019 selain diramaikan dengan resolusi tagar gantipresiden2019 yang diagung-agungkan oleh sebagian banyak golongan itu. Wikwikwik. 

Sedikit flashback apa yang terjadi di tahun ini. Mungkin jadi salah satu trigger juga. Banyak hal terjadi di luar dugaan, prediksi, dan beberapa harapan pupus begitu saja. Rasanya ngalir, susah seneng, dari yang tadinya berencana sampe menyerahkan segalanya. Tapi dengan begitu jadi lebih banyak bersyukur dan sedikit tau 'sedang di mana' sekarang. Mencoba untuk selalu berbesar hati, meski masih harus berusaha karena ternyata tidak semudah yang diucapkan. Hoho. 

Sebentar lagi berganti tahun, bukan tidak mau melewatinya dengan suka cita. Namun, sedikit lebih insecure dengan apa yang bisa dilakuin di taun depan. Kalo kata orang jogja, iseh blawur rasane, raiso mbayangke, teko dilakoni wae. Nah, sepertinya itu kalimat yang lebih tepat. Biarlah harapan dan mimpi bersarang di pikiran masing-masing, baik mau diramaikan dengan tagar resolusi2019 atau tidak, bukanlah sebuah perkara. Yang terpenting adalah selalu memberi tenaga di setiap wacana yang diperjuangkan, sapa tau emang rejekinya. Dan, untuk mereka yang sudah siap dengan resolusi hidup taun depan, semoga selalu tercentang dengan senyuman :)

Selamat merayakan tahun baru. Selamat datang 2019! *cheers*

Berawal dari Playlist



Kau harus bisa bisa berlapang dada
Kau harus bisa bisa ambil hikmahnya
Karena semua semua tak lagi sama
Walau kau tahu dia pun merasakannya
Kemana ini akan membawaku
Aku takkan pernah tahu

Tentunya akrab di telinga kita. Yap, benar. Itu beberapa penggal bait lagu Sheila On 7 yang berjudul Lapang Dada, yang ngga tau kenapa belakangan ini relate di kehidupan sosial dan lingkup pertemananku. Bahkan sangat direkomendasikan untuk diucapkan lebih keras dan lantang pada saat menyanyikannya. 
Menurutku, lirik lagu ini punya makna kontekstual atau "Aku banget nih" untuk merepresentasikan batin seseorang yang pernah atau sedang mengalami give up, kecewa - dikecewakan, meninggalkan - ditinggalkan, bahkan mengalami kegagalan, baik dalam drama percintaan maupun proses menjalani kehidupan *yang selalu ingin terlihat sempurna*.
Lirik lagu ini bisa jadi reminder buat diri kita bahwa setiap orang punya masalah dan situasi yang tidak mudah. Setiap orang pernah dan akan selalu berusaha memperjuangkan segala sesuatu yang menurutnya baik dan pantas untuk diperjuangkan.
Berusaha, punya tekad bulet bahkan ngga berenti doa yang ditujukan ke yang buat kita bisa bernafas sampai hari ini pun kalo emang belum rejeki atau jalan yang disiapin buat kita berpijak, yaa kita harus berbesar hati dong nerima kenyataan itu. Ikhlas men. Manusia emang bisanya berusaha maksimal dan berdoa. Tapi jangan lupa juga kalo manusia itu dikasih akal buat think smart.



Seberat dan sesualit apapun situasi dan masalah yang dihadepin. Ikhlas itu bukan berarti nyerah, kalah, pasrah gitu aja dan memutuskan proses hidup atau usaha yang lo lakuin itu selesai. Bukan men. Berbesar hati malah jadi langkah awal buat bisa lebih dewasa, bijak, dan mawas dalam memandang dan nyikapin apa yang bakal dihadepin di depan nanti.
November ini ngerasa beruntun ketidakberhasilan terjadi. Sempet agak nyolot sama situasi yang ada dan mencari kambing hitam dari persoalan ini. Bahkan keyakinan aja sempet pasang surut. Merasa udah mengerahkan usaha, mental, dan sumber daya. Belum lagi dibela-belain kesana kemari. Tapi balik lagi, mau semaksimal apapun kalo belum jalannya, bisa apa.
Sempet ngeklaim kalo aku bakal siap dan bisa ngelewatin beberapa proses ini dengan baik. *Tapi ternyata tidak semudah itu ferguso* Namun kenyataannya, baik saja tidak cukup dikategorikan berhasil. Manusia emang tempatnya sombong, takabur, dan sotoy. Lupa kalo ada yang lebih berhak, mutlak, dan pasti di atas sana. Mau sesempurna apa rencana dan persiapan yang dibuat, ngga secara otomatis hasilnya bakal sesuai ekspektasi kalo yang di atas belum ngasih. Siapnya kita belum tentu berjodoh. Dan keberuntungan itu ada karena emang udah di atur alurnya sama yang punya kehidupan.



Tarik nafas panjang, tahan bentar, terus buang perlahan. Jangan lupa selalu ucap syukur lalu senyum. Dan saat itu lah, saat terbaik buat mulai lihat ke dalam diri kita, sudah sejauh apa kita berusaha, sudah seikhlas dan sesiap apa kita untuk menyerahkan segala perjuangan dan menerima hasilnya. Dan mulai menguliti satu persatu pertanyaan besar "Kenapa kita masih belum berhasil hari ini ?". Banyak yang bilang kalo kesempatan itu ngga dateng dua kali. Emang mutlak ? Ngga usah dipikiran mau dateng berapa kali, itu cuma prediksi. Mending sibuk mempersiapkan amunisi dan mulai ngeyakinin diri untuk "Besok harus kita coba lagi" begitu peluang muncul maupun menghampiri. 
Di sisi lain, bulan ini juga jadi bulan yang istimewa. Bulan yang jadi awal untuk menjaga dan mempertahankan komitmen satu sama lain. Mereka yang dipertemukan dalam suasana baik, semoga selalu di dekatkan dan dipersatukan dalam suasana yang baik pula. Dan, untuk yang belum berhasil memulai komitmen, mungkin yang satu ini bisa menjadi solusi.
Tenangkan hati. Semua ini bukan salahmu. Jangan berhenti, yang kau takutkan takkan terjadi. Yang dicari hilang, yang dikejar lari. Yang ditunggu, yang diharap. Biarkanlah semesta bekerja untukmu. 
Karena pikiran ini terjadi begitu saja dan buah dari set playlist lagu yang sering diperdengarkan ketika lagi sibuk doing nothing. Jadi sebagai penutup, penggalan bait lagu milik Kunto Aji yang begitu menyihir pesimisme menjadi optimisme ini sepertinya pas bahwa dalam kehidupan ada kalanya tidak boleh terlalu 'ngoyo' kalo kata orang Jawa. 





Mana Yang Lebih Baik ?

Tepat seminggu. Kembali menjadi tunakarya.
Haruskah terpukul atau malah mengucap syukur ? Hmm...

Selepas menjalani rutinitas bekerja selama hampir 10 bulan. Pada akhirnya bisa dibilang menyerah untuk menyelamatkan diri. Haha agak sedikit membingungkan ya. Menyerah tapi kok bisa selamat. Biarlah premis ini cukup saya dan Tuhan yang bersenang-senang.

Setelah bergulat dengan diri sendiri cukup lama, kata 'resign' pun terucap dengan ikhlasnya. Melepaskan pendapatan yang tidak seberapa untuk mendapatkan kehidupan yang dicita-citakan dapat berharga di luar sana. Haha...

Perasaan lega. Alhamdulillah. Bisa membernikan diri untuk lepas dari ini. Bukan untuk lari dari tanggungjawab. Hanya saja mungkin kapasitas saya sudah sampai pada ambang batas. Merasa tidak berkembang dan hasrat untuk menjajal hal baru lainnya kian tinggi. Tapi kalo bicara tanggungjawab. Manusia tidak akan pernah bisa luput dari tanggungjawab, baik selama hidup ataupun sudah di liang lahat. Pertanggungjawaban itu mutlak. Tinggal bagaimana menerima dan menjalaninya satu persatu tanpa harus merugikan orang lain.

Saya rasa mungkin memang ini waktunya. Meskipun keputusan ini juga belum membuahkan panggilan kerja lainnya. Biarlah orang mau berkata apa. Mulai dari 'yang kurang bersyukurlah, terlalu percaya dirilah, atau aroganlah'. Terserah. Karena saya yakin atas apa yang saya pilih. Saya bersyukur karena bisa mengikhlaskan apa yang menjadi pilihan saya dan tetap berusaha untuk mencari peluang dan kesempatan di tempat lain. Semoga saya tidak cukup bosan menunggu korporat atau instansi mana yang pada akhirnya tertarik untuk meng-hire dan berkesempatan mengembangkan potensi diri saya lebih luas lagi bersama mereka. 

Well. I hope it works, as soon as possible.