(Lagi-lagi) Jadi Penggembira


Dalam seminggu ini, berturut-turut kembali memeriahkan sidang pendadaran teman satu angkatan. Tidak terlalu spesial karena lagi-lagi saya hanya menjadi penggembira di antara teman-teman yang dengan susah payah telah berhasil menyabet gelar prestisius di belakang nama mereka. 
Senang sekaligus sedih. Beberapa teman yang juga menjadi sahabat satu-persatu mengambil pilihan untuk lebih dulu menapaki fase lanjutan dari sebuah gelar sarjana. Fase yang lebih serius tentunya yaitu mencari kerja atau malah menjadi beban keluarga. Pilihan yang kurang bersahabat memang,tapi mutlak untuk dijalani kalo tidak mau berakhir dengan stigma 'pengangguran' oleh society. Ya, seringnya mulut society lebih mengiris hati dibanding perkataan Ibu pada saat membangunkan pagi untuk kuliah atau memeberikan pertanyaan sakral "kapan kuliahmu rampung?" 
Untuk itulah rekan-rekanku, selamat menjalani hari-hari tanpa status mahasiswa dan lekaslah berbenah menjadi harapan bagi keluarga. Cheers!


Fauzan Thoriq Perdana Kusuma, S.Ikom
Cindy Chintya Eprilianti, S.Ikom

by. teman penggembira pendadaran 
Sepi itu indah ?
Terkadang...
Tapi entah mengapa
Aku lebih suka keramaian

Bukan tentang hingar bingar
atau hiruk pikuk manusia
Ramai pun bisa tercipta
Meski hanya dengan aku dan kamu
yang lantas menjadi 'kita'

Degup jantung ini 
tak terdengar sempurna
Terlebih ketika saling bertukar
arah pandangan mata

Di antara diam dan tatapan muka
Aku pun berdoa
Seraya memejamkan mata
Memuja kekaguman yang hinggap
menghiasi pemandangan indera

Apa mungkin ini pertanda cinta ?
Entahlah...
Tapi satu hal yang kuyakini
Jatuh cinta itu anugerah
Meski tak selalu mudah. 

anka.