NG-ARTSY


Melakukan aktivitas menyenangkan di akhir pekan bersama orang-orang yang menggemaskan. Mencoba bereksperimen dengan menggunakan media kain yang dicelap-celup dengan pewarna atau dinamakan dengan teknik shibori. Cukup nge-trend beberapa tahun belakangan ini, kain shibori yang begitu fantastis harganya untuk kalangan pangsa pasar mahasiswa kelas menengah biasa aja yang cenderung lebih suka nyiyirin harganya karena iri nggak bisa beli.

Shibori adalah salah satu teknik pewarnaan celup ikat asli Jepang dengan menggunakan bahan alami daun indigo. Dan uniknya, kain shibori ini tidak dilukis ataupun digambar, melainkan dengan pembuatan pola yang menurut saya sangat ngide sekali dan unpredictable. Gimana nggak, sang creator bebas mengeksplorasi pola dengan cara melipat kain, kemudian mengikatnya dengan tali atau karet, atau bisa juga dengan digulung memakai bambu kemudian diikat menjadi beberapa ruas guna mendapatkan pattern yang sesuai dengan keinginannya. Banyak sekali cara yang bisa dilakukan, semakin kreatif atau out of the box polanya, maka akan semakin mengejutkan pula hasilnya. Itu yang bikin menarik dan memuaskan. Jadi nggak heran kalo kain shibori itu sedikit agak bunyi harganya. Apalagi kalo udah jadi baju. Aduh...belum kuat deh belinya.

Nah, sabtu kemarin saya dan dua teman saya, Ine dan Diah mencoba melakukan workshop kecil-kecilan untuk membuat kain shibori ini. Workshop kali ini disponsori oleh Ine yang dengan sukarela mempersilahkan kami berdua untuk sedikit mengacak-acak kamar dan loteng rumahnya.

Ternyata cukup gampang-gampang susah pengaplikasiannya. Sebelumnya kita juga berbelanja bahan-bahan apa saja yang akan dibutuhkan, seperti pewarna, larutan Hcl, Nitrit (yang digunakan untuk proses pencelupan kain), dan beragam jenis kain mulai dari kanvas, blaco, hingga katun saten. Tak lupa juga browsing di Pinterest untuk mencari beberapa pola kain shibori supaya memudahkan kita dalam proses pengerjaannya. Dalam pengerjaannya memang dibutuhkan 'sok ide' yang sangat tinggi supaya mendapatkan hasil yang yaa bisa dibilang agak lumayanlah untuk kelas pemula seperti kami bertiga. Haha...
Dan karena namanya manusia yang sarat akan kepuasan, maka kami bertiga memutuskan untuk mengadakan kembali workshop shibori jilid kedua yang bakal dilaksanain minggu depan. Jadi mari kita tunggu hasilnya ;))

Terimakasih juga Ine yang telah mendokumentasikan kegiatan celap-celup ini dengan ciamik. Jadi makin kece dan keliatan lebih ARTSY lagi deh kita!


rindu itu berjarak
tak kenal jauh ataupun dekat
namun begitu lekat
bahkan mampu buatku penat

rindu itu bagai ruang hampa
kosong tak bernyawa
kuasa menguap kapan saja
tapi sanggup buatku bergelora

nyatanya,
aku tak pandai mengucap rindu
tak satupun berhasil memintasnya 
dari indra pengucapku

bukan lantaran tak mahir mengejanya
tetapi lebih pada mawas diri
untuk sekedar memupuknya dalam hati

sebab rindu ini mengerti
bahwa ia takkan pernah sampai
pada tujuan akhirnya. 

anka. 

fantasi.

imajinasiku masih tentang kamu
berhenti sejenak pun sulit rasanya 

memeliharanya dalam pejaman mata
hingga kuterlelap 
terbius bersama bayangan dekapannya

biarlah anganku berkreasi dalam mimpi
memupuknya sampai matahari nampak bersinar di pagi hari

agar biasnya mampu mengobati relung hati
yang seringnya rindu pada sebuah fantasi. 

anka. 

Sedang mengerjakan beberapa revisian tadi siang, kemudian tiba-tiba menemukan kembali hasrat untuk menuangkan sedikit kata-kata berbuah sajak yang banyak absurd-nya ini. Agaknya sangat melenceng dari fokus kegiatan yang saya lakukan malam ini. Dari berusaha mendapatkan pemahaman tentang teori skripsi saya yang menyangkut analisis wacana kritis atau dibahasakan Critical Discourse Analysis (CDA) supaya terbaca lebih keren dan ilmiah banget anaknya. 
Masih sama dengan sebelumnya, ungkapan kegelisahan saya tentang sebuah rindu yang seringnya terbatasi oleh khayalan - fantasi dan amat jauh dari realitasnya. POW!
Jadi kira-kira begitulah ya.

Selamat menikmati fantasi dan tetap mawas diri.