Berawal dari Playlist



Kau harus bisa bisa berlapang dada
Kau harus bisa bisa ambil hikmahnya
Karena semua semua tak lagi sama
Walau kau tahu dia pun merasakannya
Kemana ini akan membawaku
Aku takkan pernah tahu

Tentunya akrab di telinga kita. Yap, benar. Itu beberapa penggal bait lagu Sheila On 7 yang berjudul Lapang Dada, yang ngga tau kenapa belakangan ini relate di kehidupan sosial dan lingkup pertemananku. Bahkan sangat direkomendasikan untuk diucapkan lebih keras dan lantang pada saat menyanyikannya. 
Menurutku, lirik lagu ini punya makna kontekstual atau "Aku banget nih" untuk merepresentasikan batin seseorang yang pernah atau sedang mengalami give up, kecewa - dikecewakan, meninggalkan - ditinggalkan, bahkan mengalami kegagalan, baik dalam drama percintaan maupun proses menjalani kehidupan *yang selalu ingin terlihat sempurna*.
Lirik lagu ini bisa jadi reminder buat diri kita bahwa setiap orang punya masalah dan situasi yang tidak mudah. Setiap orang pernah dan akan selalu berusaha memperjuangkan segala sesuatu yang menurutnya baik dan pantas untuk diperjuangkan.
Berusaha, punya tekad bulet bahkan ngga berenti doa yang ditujukan ke yang buat kita bisa bernafas sampai hari ini pun kalo emang belum rejeki atau jalan yang disiapin buat kita berpijak, yaa kita harus berbesar hati dong nerima kenyataan itu. Ikhlas men. Manusia emang bisanya berusaha maksimal dan berdoa. Tapi jangan lupa juga kalo manusia itu dikasih akal buat think smart.



Seberat dan sesualit apapun situasi dan masalah yang dihadepin. Ikhlas itu bukan berarti nyerah, kalah, pasrah gitu aja dan memutuskan proses hidup atau usaha yang lo lakuin itu selesai. Bukan men. Berbesar hati malah jadi langkah awal buat bisa lebih dewasa, bijak, dan mawas dalam memandang dan nyikapin apa yang bakal dihadepin di depan nanti.
November ini ngerasa beruntun ketidakberhasilan terjadi. Sempet agak nyolot sama situasi yang ada dan mencari kambing hitam dari persoalan ini. Bahkan keyakinan aja sempet pasang surut. Merasa udah mengerahkan usaha, mental, dan sumber daya. Belum lagi dibela-belain kesana kemari. Tapi balik lagi, mau semaksimal apapun kalo belum jalannya, bisa apa.
Sempet ngeklaim kalo aku bakal siap dan bisa ngelewatin beberapa proses ini dengan baik. *Tapi ternyata tidak semudah itu ferguso* Namun kenyataannya, baik saja tidak cukup dikategorikan berhasil. Manusia emang tempatnya sombong, takabur, dan sotoy. Lupa kalo ada yang lebih berhak, mutlak, dan pasti di atas sana. Mau sesempurna apa rencana dan persiapan yang dibuat, ngga secara otomatis hasilnya bakal sesuai ekspektasi kalo yang di atas belum ngasih. Siapnya kita belum tentu berjodoh. Dan keberuntungan itu ada karena emang udah di atur alurnya sama yang punya kehidupan.



Tarik nafas panjang, tahan bentar, terus buang perlahan. Jangan lupa selalu ucap syukur lalu senyum. Dan saat itu lah, saat terbaik buat mulai lihat ke dalam diri kita, sudah sejauh apa kita berusaha, sudah seikhlas dan sesiap apa kita untuk menyerahkan segala perjuangan dan menerima hasilnya. Dan mulai menguliti satu persatu pertanyaan besar "Kenapa kita masih belum berhasil hari ini ?". Banyak yang bilang kalo kesempatan itu ngga dateng dua kali. Emang mutlak ? Ngga usah dipikiran mau dateng berapa kali, itu cuma prediksi. Mending sibuk mempersiapkan amunisi dan mulai ngeyakinin diri untuk "Besok harus kita coba lagi" begitu peluang muncul maupun menghampiri. 
Di sisi lain, bulan ini juga jadi bulan yang istimewa. Bulan yang jadi awal untuk menjaga dan mempertahankan komitmen satu sama lain. Mereka yang dipertemukan dalam suasana baik, semoga selalu di dekatkan dan dipersatukan dalam suasana yang baik pula. Dan, untuk yang belum berhasil memulai komitmen, mungkin yang satu ini bisa menjadi solusi.
Tenangkan hati. Semua ini bukan salahmu. Jangan berhenti, yang kau takutkan takkan terjadi. Yang dicari hilang, yang dikejar lari. Yang ditunggu, yang diharap. Biarkanlah semesta bekerja untukmu. 
Karena pikiran ini terjadi begitu saja dan buah dari set playlist lagu yang sering diperdengarkan ketika lagi sibuk doing nothing. Jadi sebagai penutup, penggalan bait lagu milik Kunto Aji yang begitu menyihir pesimisme menjadi optimisme ini sepertinya pas bahwa dalam kehidupan ada kalanya tidak boleh terlalu 'ngoyo' kalo kata orang Jawa. 





Tidak ada komentar:

Posting Komentar